RSS

CALIST07 My Nu Family

  
          Kepanitiaan Pertama



  
Selalu Ngerayaain ultah salah satu dari kami


       Tim Sepakbola Calist07 dan Pendukung setianya


Ramadhan dan Idul Fitri Yang Kompak


     Jalan Bareng itu Kewajiban


                                                  
       Karokean Bareng

Malino Bareng

 Pare-Pare Bareng

            Tahun Baru bersama-sama

     Study Tour

  Just Married itu Achi, Fika, dan Bang Salam

     Pengurus yang LPJ-nya ditolak

AND HERE WE ARE
A BROTHERHOOD OF CALIST07
A BIG FAMILY

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kenapa Harus Dia??


Semua berawal di suatu sore yang sejuk. Aku ingat jalan itu, jalan yang selalu aku lewati saat pulang dari sekolah menuju rumahku saat saya berada di Sekolah Dasar. Jalan yang nyaman dan dipenuhi pohon yang rindang dan hanya sedikit kendaraan yang berlalu-lalang. Jauh dari kata macet, cenderung sepi.
Sore itu aku berjalan hanya dengan memakai T-Shirt putih serta celana cokelat santai di atas lutut. Aku berjalan sambil terus bercanda bersama Riana dan Tya, entah sore itu mengapa kami bisa bersama. Saat berjalan, kami berpapasan dengan cowok itu, ia berjalan berdua bersama temannya, sepertinya mereka baru saja bermain bola terlihat dari sepatu bola mereka yang penuh lumpur dan baju dan celana yang ada kotoran di sana-sini.
aku mengenal cowok itu, begitu juga dengan temannya. Saat kami berpapasan sore itu, Riana dan Tya kemudian sok mendorong diriku yang begitu malu-malu melihat cowok itu, aku hanya diam, sedikit menunduk saat saya mendongakan kepala, cowok itu kemudian menegurku dengan sangat antusias. Ia berjalan mendekatiku kemudian dengan takjub ia menarikku ke pelukannya, KAGET. Jelas saja, aku tidak menyangka ia melakukan itu padaku, dan lebih kaget lagi saya sekarang bersandar di dadanya, menempelkan wajahku di bajunya yang penuh lumpur tanpa merasa risih sedikitpun, malah menurutku pelukan ia sore itu adalah pelukan terhangat yang pernah aku terima dari seorang pria, selevel di bawah kehangatan pelukan Ayahku.
“hey aku pinjam temanmu dulu ya…” begitu katanya dengan santai sambil melambaikan tangan pada Riana dan Tya, kedua temanku itu bukannya mengatakan sesuatu, malahan mereka berdua melambaikan tangan dengan bahagia, tanda sangat menyetujui apa yang dikatakannya barusan.
Akhirnya kami bedua berjalan, cowok itu sama sekali tak melepaskanku, seakan jika ia melakukannya aku akan lenyap begitu saja. Aku berjalan disamping tubuhnya yang jangkung, memegang erat tangannya, ia kemudian berpaling padaku dengan senyumnya yang begitu indah ditambah lagi rambutnya yang dihempaskan semilir angin sore itu.
“kenapa tertawa?” itu kataku
“sorry ya, bajumu jadi kotor, wajahmu juga banyak lumpurnya”
Aku memegang pipi kiriku, aku merasakan memang disana ada lumpur yang sedikit sudah mengering, aku juga melihat baju putihku yang tadi bersih sekarang sudah lebih mirip baju berwarna cokelat, tapi bukannya marah aku malah membalas senyummnya. Kami terus berjalan, sekarang bukan di jalan raya lagi, kami memasuki tanah lapang, ada beberapa rumah penduduk dan kebetulan itu adalah sore hari, ada beberapa ibu-ibu yang menyapu di halamannya, ada beberapa anak kecil yang main kelereng, dan arggh aku lupa. Hanya saja aku sangat suka dengan kondisi lingkungan itu. Kami sampai di sebuah bangunan, mirip seperti lingkungan dan bangunan di film mengejar matahari. Ia masih memegang tanganku dan memasuki ruangan itu, ada beberapa orang di dalam, semua anak muda dan kelihatan memang seperti mahasiswa. Ia menegur seorang cewek, meminta tolong memberikan baju bersih dari kopernya yang ada di ruang tamu. Ia sendiri entah hilang kemana. Cewek ramah itu memberiku baju, dan aku mengenal baju itu, cowok itu sering memakainya di kampus, aku selalu suka jika ia memakai baju itu. Aku mengambilnya dan menghirup sedikit wangi dari baju itu, dan aku tidak ingat aku berganti pakaian di mana.
Cowok itu muncul, ia masih memakai celana yang sama, namun bajunya sekarang berwarna putih bersih, ia menarik tanganku lagi, aku tak pernah bekomentar jika ia melakukannya padaku. Aku di ajaknya naik ke sebuah bangunan, ia membantuku menaiki tangga dan saat tiba di atas, aku bisa melihat lapangan, rumah penduduk dan tentu saja matahari yang sebentar lagi akan terbenam.
“aku suka di tempat ini, hanya duduk saja tanpa melakukan apapun”
Aku tidak menjawab, hanya menatap wajahnya yang mengapa begitu menenangkan jiwa apalagi jika ia tersenyum. Aku kembali menatap lapangan itu, masih banyak anak-anak yang bermain. Tapi tak lama aku merasakan ia kembali menarikku ke pelukannya. Tanpa kata, tanpa suara, ia hanya merangkulku dengan hangat, aku bersandar di pundaknya dan melingkarkan tanganku di pinggangnya, kami berdua menatap langit, lapangan, matahari terbenam, apa saja ciptaan tuhan yang tampil di depan kami, aku kadang menutup mataku saat tangannya dengan lembut membelai rambutku.
Malamnya aku ada di kamarku, kamar yang penuh pernak-pernik AC Milan, sebuah kamar luas di rumahku di Palu. Aku berdiri di depan kaca, menatap baju cowok itu yang masih melekat di badanku, aku memperhatikan wajahku yang masih tersisa sedikit kotoran lumpur dari bajunya. Ayahku masuk ke kamarku, gayanya yang khas, sepertinya baru pulang dari Mesjid yang tepat ada di belakang rumah. Memakai baju koko cokelat dan sarung, sepertinya beliau ingin mengambil sesuatu.
“mengapa wajahmu kotor?” Ayahku bertanya
Aku tidak bisa menjawab, mana mungkin aku mengatakan yang sebenarnya. Ayah juga sepertinya tidak membutuhkan jawaban, sepetinya ia hanya mengambil gunting di meja belajarku dan kemudian keluar. Aku kembali menatap diriku di cermin, kotoran itu masih ada, aku hanya bisa senyum-senyum sendiri, tanpa mencuci muka dan mengganti baju terdahulu aku langsung tidur di tempat tidurku yang nyaman, apalagi sepreinya berwarna merah hitam.
Aku terbangun, bangun yang tiba-tiba dan tersentak.
Mataku mengelilingi kamar, sebuah tv flat yang melengket di dinding, laptop, hp, remot yang bertebaran di tempat tidur, dinding kamar ini polos tanpa poster AC Milan sedikitpun. Dan lebih-lebih tempat tidur ini berwarna biru. Jelas ini kamar rumah di Alauddin dan tentunya di Makassar.
Aku memegang wajahku, tanpa lumpur sedikitpun, bajuku? Sama seperti sore tadi, berwarna putih dan celana cokelat pendek.
Aku memegang dadaku, ada yang aneh, perih, sakit, deg-degan. Ah entahlah.
Aku terasadar ini hanya mimpi.
Hanya sebuah mimpi, tapi seperti sebuah kenyataan. Baju yang sama, setting rumah di Palu, Riana dan Tya, dan lebih-lebih pelukan yang masih aku ingat sampai sekarang.
Tapi kenapa cowok itu? Cowok yang begitu aku kenal.  
malam itu, sebelum tidur aku hanya menonton dan online di laptop sebentar kemudian tidur tanpa memikirkan yang aneh-aneh apalagi cowok itu, tak pernah ada sejarah aku naksir dirinya.
bagaiamana kalau aku bertemu dia ya? Jadi malu mengingat mimpi itu
kenapa harus dia ya????

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Its Called Friendship


Welcome Again with my new post….
Tenang saja para pembaca, tak ada postingan galau lagi serta tulisan patah hati dan sejenisnya, tulisan kali ini saya ingin berbagi mengenai manusia-manusia aneh yang telah menjadi sahabatku selama saya menyandang status mahasiswa (cie cie yang udah sarjana cum laude). 4 tahun kuliah di Unhas saya mendapatkan keluarga baru bernama Calist07, hanya saja kalian tahu kan, kau tidak bisa nyambung dan menceritakan segala kelebihan dan kekuranganmu pada semua orang. Hanya ada segelintir mahluk yang menurutku sangat mengerti denganku, dan mereka juga yang menopang separuh diriku selama bergentayangan di kampus. Mahluk itulah yang mendapat predikat dan gelar sahabat dariku (sorry ces, kukasih duluanko semua predikat, belum pako sarjana semua bela, nda adapi gelarmu sampai tulisan ini terbit di blogku. Hihihi PEACE). And here we go!!!! (bingungka berdasarkan apa diurutkan, berdasarkan Abjad ato NIM? Abjad mo nah).


 Andi Muhajira Husain, umur 22 tahun, penggemar spongebob, pengguna Sony exepria. Mendambakan seorang lelaki berkebangsaan Palopo dan…..eh sorry Ira salah, ku kira lagi buat kontak jodohka. Ira, begitu aku memanggilnya, kenapa aku dekat sama dia? Dia itu anak asuhnya Keteng (kisah Keteng antri di bawah), kemana-mana gak bisa lepas dari keteng, bagaikan pinang dibelah parang tumpul, akhirnya Ira kecil dan Keteng besar, pembelahan tak seimbang. Ira ini tipe pendengar setia, ia mau menampung semua curhatku dan tidak menyelanya, kadang kita memang tak butuh pendapat, hanya butuh di dengar saja, dan Ira mampu melakukannya. Kalo Minta tolong sama Ira, wuiihh jangan takut, ia selalu ada, tak pernah menolak (kecuali disuruh bawakan Kaka, nda na sanggupiki). Dan satu lagi, selama kuliah Ira termasuk penyokong danaku, jika kiriman dari Palu belum datang, dan kirimannya dari Palopo berlimpa ruah. 

Anita kusuma Wardana, I called her “Anitagonis”, kalo lagi sms-an cukup aku memanggilnya “jahat”. Anita adalah saingan terberatku dalam hal akademik, kenapa coba kalo IP ku 4 dia juga ikut-ikutan, Malasku Anita. Hhmm kalo ada istilah bahwa dalam sehari hidup itu punya aturan dari A-Z, Anita adalah orang yang selalu menaatinya (jarang mau diajak bolos kuliah, gak kompakan gak kerja tugas, gak berani masuk kuliah kalo gak pake kemeja). Oh ya kenapa aku panggil dia jahat, soalnya wajahnya memang menakutkan, apalagi matanya (oh tidakk *sembunyiDiBawahKasur) eitsss eitss tapi jangan tertipu pemirsa, Anita itu orangnya baik hati dan tidak sombong. Di saat kami semua berdiskusi dan terserang ‘Galau Day” Anita adalah orang yang paling bijak menanggapi dan berhasil menghapuskan kegalaukan kami. tapi saking bijaknya nda bisaki Di ajak Gosip. Contoh nyata : “weee Anita, nu tw tadi kuliatki itu cewek, malasku liat gayanya, menjengkelkan” dan seperti ini dia menjawab “ Biarmi teman, dia itu dirinya mi, mungkin memang dia begitu” NDA ASIK DI AJAK GOSIP *tinggalkanAnita  

Isitina Panigoro as famous Istina Pongoro. Paling muda di antara kami,  tapi ketawanya paling jelek dan parah (eh hubungannya apa?). Isti ini paling dewasa di antara kami, tapi kadang juga sok dewasa, pokoknya ia pintar menyelesaikan masalah. Hhmm apa lagi ya, pacarnya itu selalu the Outsiders, makanya jarang kami kenal.  Tapi kalo datang Manjanya. Astagest kayak mauka ambil parang. Hihihi peace Isti. Yang saya tidak suka dari dia adalah warna pink yang ia gemari dan baju bermotif bunga-bunga yang selalu saja ia sukai dan na paksaki juga suka (please dulu Isti, kalo jersey bola sini, welcome). Eits eits sudahmi deh tentang Isti, nda nabawakan ki lagi Pia gorantalo nanti. 

Muttya Keteng bagaikan malaikat di antara kami yang hampir separuh diri dirasuki iblis. Mungkin nama-nama yang saya tulis di blog ini adalah sahabatku, tapi frekeunsi pertengakaran, baku bombe, dan nda bertegur sapa masih termasuk tinggi di antara fluktuasi saham dan nilai tukar rupiah (eh apa omong). Intinya kalo ada yang bermusuhan, kety woman (panggilanku.red) akan selalu menjadi penengah bagai wasit tinju handal dan kami akan berdamai kembali dan berpeluksan ala Telletubies. Keteng juga adalah penyokong dana terbesarku saat uangku habis ditengah jalan, dia juga selalu bersedia rumahnya disinggahi makan dan tidur. DAN yang paling super dari keteng, saat saya selalu mengeluh, ia selalu bisa memberikan sisi positifnya, selalu saja membuatku tenang. 

Rahma, sosok fotografer yang kadang sok idealis di antara kami, dia ini selalu mengeluarkan kata-kata bijak, selalu mencari celah dan mencari inti semua masalah dari kami, tapi kadang cara menyampaikannya dan sampe di otakku. Rahma ini sebenarnya lebih banyak gaulnya di teman2 cowok, dan pada suatu masa kita ngumpul lagi, cerita kami sudah di Milan, Ia masih terpaku di Pakkato, terpaksa kami harus mengulang segalanya. Tapi Rahma itu hebat, tak pernah terpengaruh dengan apa yang cewek-cewek gemari sekarang, dan di saat saya mendapat masalah, orang yang kuhubungi adalah Rahma. Pemecahan masalahnya selalu jelas. 

Riana dwi Reski. Nah kalo anak yang satu ini, galaunya setingkat dengan saya, kadang melebihi (tapi tawwa nda galaumi sekarang ces, menemukan pasangan hidupmi). Riana itu bagai novel berjalan, kisah hidupnya selalu ia ceritakan ala-ala novel yang dibacanya, kadang jika melakukan sesuatu ia sudah akan memikirkan apa yang terjadi nantinya dengan segala kerumitan otaknya (makanya jangan tertipu tampang polosnya). Riana ini hhmm bagaimana ya mendeskripsikannya. Semisal : “riana temanika dulu ke Mall” ia mengangguk polos “Riana bagus tidak ini baju?” ia Menggeleng polos “Riana, adami pacarnya gang” berkata “ohhh’ dengan polos dan kemudian berlalu, “Riana ayo makan di Kansas” berkata  “Ayokmi, nda ada uangku, bayarkanka”. Nah itulah Riana.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Untuk Salah Seorang Sahabat












picture taken from : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://4.bp.blogspot.com

DEAR MY FRIEND....


Apa kabar dirimu sekarang? Skripsimu udah sampe mana? Penuh keluhan seperti teman-teman kita yang lain juga ya??. Bodoh ya rasanya hanya bisa bertanya melalui tulisan ini, kenapa sampai sekarang ngomong langsung sama kamu itu lebih berat rasanya daripada memasuki ruangan yang dipenuhi lima penguji saat ujian akhir kemarin. 
Ngobrol sama kamu sekarang itu begitu langka, tidak lebih langka daripada harimau jawa dan badak bercula satu. Padahal ingat dulu, kita selalu bercerita, bercanda yang konyol dari hal penting sampai hal yang sama sekali sebenarnya sangat gak penting dibahas, tapi begitulah kalo kita semua lagi ngumpul.
Sahabat, sekarang itu berita korupsi dan masalah di negeri kita tambah banyak, ingat gak dulu kita sering berdebat masalah itu seakan kita ini ahli politik yang keren amat, ato ingat gak kalo lagi ada pertandingan bola, pertengkaran mengenai kehebatan klub idola kita masing-masing gak akan ujungnya dibahas dan memang salah satu dari kita gak ada yang mau mengalah.
Hhmmm….
 Kadang jadi ingat sendiri bagaimana dulu kita sering berbeda pendapat dalam masalah organisasi kemahasiswaan kita, tak sedikit pertengkaran hebat, air mata yang keluar dari kita semua, tapi esoknya di luar kampus kita semua seperti saudara lagi . kadang juga aku ingat kalo aku begitu benci selera musikmu namun tak lama aku menyukainya juga tapi dengan menjaga ego harus tanpa ketahuan oleh dirimu. Kadang juga jadi mengingat bagaimana seringnya kita terlibat dalam pembuatan film indie, jadi senyum sendiri ingat kau selalu mengataiku “mati kanan” karena selalu berharap cowok-cowok cakep dari fakultas seberang yang jadi aktorku.
Kalo kamu baca semua di atas….. pasti heran kenapa sok mengingat segalanya dan  ngangenin kamu? Iya kangeennn, karena hal itu semua sudah hilang ditelan bumi, aku punya banyak sahabat dan sekarang sedang merasa kehilangan salah seorang dari sahabat-sahabatku. Iyaaa orang itu KAMU, gak salah lagi.
Kamu gak pernah pergi jauh.
Aku juga gak pernah pergi jauh.
Hanya saja “I’ve MADE A BIG MISTAKE
Yaaa aku telah melakukan suatu kesalahan, kenapa coba harus menyelipkan sebuah perasaan lain di antara persahabatan kita. kalo memang sangat membuatmu mual dengan aku mengatakan perasaan cinta, maka ok lah aku mengatakan perasaan suka saja. Bagaimana? Deal?
Iyaaa mungkin karena sering bersama kali yaa, jadinya timbul perasaan yang tidak-tidak ini, pake sok merasa terbang segala lagi kalo kamu ngelakuin sesuatu yang menurutku spesial dan hahahaha lucu saja ternyata itu sama sekali gak spesial, kamu ngelakuin untuk semua orang. How Stupid You are Dindong!!!! Jadi konyol rasanya mengingat itu semua, rasanya pengen ngetawain diri sendiri saja.
Kalo aku bodoh, kamu itu pintar. Akhirnya kamu tahu saja kalo ada rasa suka nyelip dihatiku, setelah kamu tahu, setelah teman-teman kita yang tingkat “maccallanya” di atas rata-rata dan serasa anak SMA  saja selalu sok gangguin kita berdua. Everything Is Change.
Semuanya gak seperti dulu lagi.
Gak ada cerita-cerita seru lagi diantara kita.
Gak ada cerita curhat colongan lagi kalo kamu anter pulang naik motor.
Gak ada pertengkaran mana hebat Milan atau Inter di antara kita lagi.
Gak ada. LENYAP tanpa bekas.
Jujur sahabatku, aku begitu kehilangan dirimu, aku begitu kehilangan seorang sahabat yang aku harapkan kadang mau diskusiin skripsinya bareng aku. Jujur aku juga merasa kehilangan momen indah bersama teman-teman kita yang lain karena situasi tidak enak di antara kita ini, kadang aku begitu benci dengan teman-teman kita yang selalu saja menggodai kita berdua, bagi mereka itu mungkin candaan, BUT OH GOSH!!!! I Dunno Like It. Aku serasa ditempatkan teman-teman kita dalam posisi cewek yang benar-benar terpuruk mengharapkan balasan sejuta cinta darimu, dan kamu tahu gak hal itu kadang membuatku mual, ingin melempar benda apa saja yang ada di dekatku dan kadang aku ngerasa ngumpul sama teman-teman hanya akan mendatangkan masalah baru bagiku.
Begitu tidak menyenangkan situasi sekarang bagi pribadiku, padahal kalo mau dipikir gak lama lagi kita pisah lho, kamu dimana aku dimana nanti gak ada yang tahu. Tapi kenapa harus gak bertegur sapa kayak gini?????
Yang perlu kamu tanamkan di kepalamu sekarang adalah bahwa sekarang jujur yang aku rasakan adalah kehilangan sahabatku, bukan kehilangan seorang cowok yang membuat patah hati karena cinta tak terbalas. (tapi balasan apa? Gak pernah kan aku pedekate ke kamu? Pernah aku gombalin kamu? Gak pernah kok, kalopun kamu pernah terima sms ato pesan-pesan lain dari aku, demi gelar Cum Laude yang kuraih, itu sama sekali bukan aku, itu hanya kerjaan teman-teman kita yang mungkin menganggap bahwa itu adalah hiburan bagi mereka)
Kesimpulannya adalah, jadi nyesal PERNAH punya perasaan lebih padamu, hanya gara-gara itu sekarang, disaat mau pisah kayak gini kitanya malah jadi jauh. Padahal sudah empat tahun kita bersahabat, padahal kita seharusnya seperti saudara saja.
Sekarang lupakan saja yaa tentang perasaanku itu, That was a Stupid Things That I ever Do. kata Ada Band sih aku terkualifikasi sebagai manusia bodoh.
Lupakan saja kalo anak-anak rese gangguin kita berdua, oh shit!!! percayalah aku tak pernah punya harapan padamu kok.
Lupakan saja aku sebagai Dini yang pernah menyukaimu, tapi jangan lupa Dini, sahabatmu empat tahun, Milanisti Sejati, yang kalo bikin film indie suka make cowok cakep, yang kalo bicara kadang konyol dan gak jelas. Deal ya? Bagaimana???
Tertanda, Your Best Friend : Dindong.
 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sepenggal Kisah Mahasiswa Tingkat Akhir

Ini semua berawal dari sebuah telepon Riana di suatu pagi.

Suatu pagi di mana kemalasan menghinggapi diriku berminggu-minggu, sama sekali tidak memikirkan skripsiku, padahal harusnya saya mulai mengurusnya karena berhubung kuliah sudah tidak ada, KKN dan magang telah selesai berjuta tahun yang lalu.

Halo Din, dimanako? Nda ngampus?

Tidak deh, apa mw dibikin. Kw iya dimana?

samaka ini tya mau ke Prof. kita mengajukan judul skripsimi

Pembicaraan itu terus berlanjut ke hal hal lain. Setelah saya menutup telepon, pikiranku mulai tidak tenang, astagaaaaa teman teman sudah mengurus skripsi, saya dengar juga Anita yang notabene orang paling pintarmi sudah melakukan riset tentang skripsinya. SAYA BAGAIMANA???? JUDUL SAJA BELUM ADA????

*menganga

*panik tingkat Mahabrata

*meremas rambut ala ala orang stress di film film

Segera saja saya membongkar laptop (maksudnya memeriksa folder folder, bukan membongakar hardware-nya) dan JRENG JRENG JRENG.. ada sebuah tugas DPK, proposal pengajuan skripsi yang saya buat semester lalu. Tentang film. Hhmmm film ya? Saya kan suka film, ini saja deh. Eh tapi tunggu apa itu? Ada kata semiotika di depannya. Apa itu semiotika? Susah kayaknya, tapi keren. Biarmi deh, itumo saja.
Dan jadilah di kemudian harinya saya mengajukan judul ke Pak Mul yang telah menjadi penasihat akademik saya selama 3 tahu lebih, dan dengan ajaib disetujui setelah banyak masukan dan lain-lain. Setelah itu membutuhkan lebih hampir tiga minggu untuk menyelesaikan proposal dengan akumulasi sebagai berikut: seminggu pertama di hari pertama dan kedua semangat ngetik dan nemuin jalan buntu. STOP ngerjain dan dicuekin sampe memasuki minggu kedua, di minggu ketiga sama sekali lupa dan tak sengaja saja terklik saat ingin menonton film di laptop, dan akhirnya diselesaikan dalam semalam dan disetor keesokan harinya.

Setelah menunggu hasil koreksi selama tiga hari, datanglah Pak Mul dengan wajah cerah namun proposal saya yang digenggamnya tak secerah wajahnya. Banyak coretan, kadang hanya sebuah silangan besar di beberapa halaman. Wajahku berkerut segera kayak baju yang dijemur kekeringan dan kaku dan tidak disetrika. Saya kemudian mendengar masukan beliau selama hampir satu jam, semua terekam jelas dalam otakku dan semua itu membuatku semangat 45 memperbaikinya, belum lagi tambahan pencerahan dari Bang Sonni yang menjadi pembimbing skripsiku.JADILAH PROPOSAL YANG SAYA ANGGAP KEREN.

Segera saja saya maju ujian proposal, dan syukurlah ujian saya lancar tanpa hambatan dan mulus semulus-mulusnya, tidak ada pembantaian dalam ruangan, bahkan saya menjelasakan materi diselingi dengan makan beberapa lengkeng (hehehe). PADAHAL malamnya saya tidak bisa tidur, ada kupu kupu diperutku, nafus makan hilang, bahkan saya bermimpi sudah proposal duluan.

TERNYATA PERMISA!!!!!!

Proposal yang lancar membuatku lengah dalam menyelesaikan skripsi, hampir sebulan lebih saya tidak membuka folder skripsi. Asyik bersantai, hang out kiri kanan, nonton, baca novel (padahal setumpuk buku semiotika berteriak minta dibaca). Dan akhirnya semangat skripsi kembali muncul saat melihat wajah Bang Sonni di kampus, takut saja, tapi apa daya teman-teman, saat semangatku muncul ternyata saya harus patah hati gara-gara Don Juan sang penebar pesona itu, jadilah 3 minggu kemudian skripsiku dicuekin lagi.

Suatu hari ngampus liat teman teman yang proposal jauh setelah saya sudah mulai revisi sama semua pembimbingnya dan mulai ngurus berkas, saya kebakaran jenggot lagi. OK DINI LUPAKAN PATAH HATI DAN MULAILAH MENGERJAKAN SKRIPSIMU, WISUDA BULAN JUNI BARU SAJA KAU LEWATKAN.

Akhirnya dengan modal kejeniusan saya, skripsiku selesai 4 hari dengan formula sebagai berikut:
1.Membaca banyaaaaakkkk buku, namun tiap buku hanya berkisar 2 lembar saja dibaca
2.Membuka contoh skripsi semiotika
3.Menonton film yang diteliti sebanyak ribuan kali dengan cara play, pause, capture
4.Menganilisis film itu dengan mengandalkan feeling saja

Dan skripsi 100 halaman pas itu saya bawa ke kedua pembimbingku, sambil menunggu revisi, saya mengurus berkas yang repotnya mengalahkan orang membuat istana dari kartu joker yang disusun. Saya dengan pede saja mendaftar wisuda, dengan pede saja pergi foto ijazah, mengambil nota ujian, membuat kata pengantar dan memberi tahu semua keluarga kalo saya wisuda bulan 9 padahal revisi saja belum jelas.

Seminggu penantian revisi, akhirnya skripsi itu datang ke tanganku kembali dengan ribuan koreksi di sana sini, tapi yang top dari pembimbingku, beliau memberi tahu salahku dimana, apa perbaikannya dan apa semestinya yang saya tulis. Dan hari itu juga lembar pengesahan disahkan tanpa kedua pembimbingku melihat hasil revisi.

Jadilah jadwal ujian mejaku jelas dengan skripsi yang belum selesai.AJAIB DINI.

Dan yang ajaib lagi revisi itu tidak saya kerjakan hingga minus dua hari. Tapi mengingat segala tetek bengek harus di print sebanyak lima rangkap dan macam macam lagi akhirnya dengan sangat malas saya menyelesaikannya HEIII tap jangan mengira skripsiku itu hanya penuh bualan, saya mengerjakannya dengan serius dengan data yang kuat dan analisis di mana-mana. Malam sebelum ujian meja, ada acara buka puasa angkatanku tersayang, saya disana hingga larut malam, ketawa ketiwi, santai, sampai teman-temanku yang gregetan menyuruhku pulang belajar, dan mereka seakan mau pingsan saat saya mengatakan power pointnya belum ada.

HARI UJIAN MEJA PUN DATANG saya siap dan sama sekali tidak tegang mempersentasikan skripsi saya dihadapan empat penguji yang ada (Pak Gafar, Pak Mursalim, Bang Sonni, Pak Mul) dan tentu saja power pointku keren banget dengan animasi film. Sesi bertanyapun dimulai, Pak Mursalim dengan semangatnya bercerita mengenai pengalaman sahabatnya dulu yang mirip film ini, beliau kemudian meminta film ini diputar, jadilah kami dalam ruangan menonton disc dua Cin(T)a, setelah film selesai Pak Mul memberikan pertanyaan yang pada saat bimbingan ia sudah beritahu jawaban rincinya padaku. Jadilah saya begitu hebat menjawab di depan penguji lainnya, dan mungkin karena itu Bang Sonni dan Pak Gaffar tak memberikan pertanyaan. Saya dipersilahkan menutup dan BERAKHIRLAH UJIAN MEJA KU. THATS IT.

Sebenarnya dipikir pikir saya tegang juga dengan nilai ujianku nantinya, entahlah ada rasa takut di sisi lain diriku menanti apa kelak nilaiku nantinya. Dan inilah hasil rincianya:
1. Tanggal 23 Maret 2011 Ujian Proposal
2. Tanggal 3 Agustus 2011 ujian meja
3. Tanggal 6 September 2011 yudisium dengan IPK 3,68 dan predikat Cum Laude
4. Tanggal 8 September wisuda

Itulah sepenggal kisahku saat menyandang gelar mahasiswa tingkat akhir. Terima kasih sudah sabar membaca.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS