RSS

I'am A Football Lovers

Menurutku sore itu adalah sore yang sangat indah, aku sekarang berdiri tepat di depan rumahku yang sudah setahun lebih aku tinggalkan. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini, menghirup udara segar, melihat sekeliling yang masih hijau, dan tentunya jauh dari kebisingan jalan raya. Aku tak berhenti menghamburkan pandanganku ke mana saja sambil berjalan, melihat halamanku yang asri, melihat isi rumah yang mulai berubah banyak dan senyum sendiri melihat foto masa kecilku yang masih terpanjang di dinding rumah.
Dan saat itupun datang, aku berdiri tepat di pintu kamarku dan membukanya pelan-pelan ingin menikmati sensasi kembali datang dan akan istirahat di ruangan pribadiku ini. Saat pintu terbuka lebar aku terpaku melihat tempat tidurku, dan kebisuan sesaatku berakhir saat melihat dinding kamarku, tiba-tiba aku berteriak.

AAAAAAAAAAGGHHHHHH!!!!!!!

Mama dan papa langsung menghampirku, menanyakan ada apa, aku menjawab sambil menunjuk poster yang ada di dinding.

“kenapa kamarku jadi begini? Siapa yang pasang itu?”

Mama tidak menjawab pertanyaanku, malah aku kena damprat dan sedikit jitakan di kepalaku karena hampir membuat jantung mama copot karena sesuatu yang menurutnya sangat tidak penting, aku malah disuruh istirahat saja.
Aku menutup pintu kamar dan pelan-pelan duduk di tempat tidurku, sangat tidak rela sebenarnya. Apa kata mama tadi? Hal yang tidak penting? MENURUTKU INI HAL YANG PENTING!!!

Aku mencoba mengingat kamarku yang dulu, dindingku yang putih bersih dipenuhi poster Kaka dan AC Milan, dengan gorden elegan berwarna merah hitam, tempat tidur nyaman dilapisi seprei AC Milan, di sudut meja ada beberapa majalah khusus membahas AC Milan…tapi sekarang???? Dadaku sesak, melihat wajah garang Snejider terpajang di dinding dengan menggunakan kostum biru hitam. Di sebelahnya bertengger bagai mimpi buruk poster super besar klub INTER MILAN (sangat tak rela mengetiknya) dengan menggenggam piala champion, dan belum lagi tempat tidur yang akau duduki ini, biru hitam mendominasinya, saya jadi bertanya pada diriku sendiri, bisa tidak saya tidur nyenyak sebentar malam?

Asal muasal tragedy di atas adalah sejak tiga tahun aku kuliah di Makassar, adikku sudah menjajah kamarku dan parahnya aku tak berhasil mengajaknya menjadi MILANISTI, dia malah ada di seberang jalan dariku. Tapi dengan menghargaiku, setiap aku pulang ke Palu, mama membersihkan kamar dan mempersilahkan aku tidur disitu hanya untuk beberapa minggu untuk liburan, tapi siapa coba mampu tidur di kamar itu sekarang?
Peristiwa di atas menunjukkan betapa “lebaynya” diriku kalau sudah menyangkut tentang Klub kesayanganku itu…apalagi aku adalah seorang wanita yang pasti lebih banyak memakai perasaan, apa benar ya semua orang freak akan berbuat sama denganku? Hanya saja jika saya terus saja memakai perasaan, bisa-bisa saya jadi gila sendiri, iya saya memang sedikit aneh, ingat zaman SMA dulu, saat Milan kalah dari Liverpool di Champion, esoknya dan esoknya lagi saya memilih tidak masuk sekolah, terlalu terpuruk dengan hasil itu dan tak sanggup saja dengan komentar teman-teman priaku tentang hasil champion itu….dan di champion yang kesekian lagi, saat AC Milan memenangkan champion dengan Kaka yang menjadi pemain terbaik, saya mentraktir temanku sekelas di kantin, dan di hari minggunya dengan paksaan yang sangat memaksa pada mama, saya membuat acara “syukuran” potong ayam dan makan-makan di rumahku (ya Tuhan… lebay sangat).

Sepakbola itu untuk dinikmati, betapa seru saat melihat umpan-umpan keren yang menjadi sebuah gol indah dari seorang pemain bintang, malahan menurutku pemain sepakbola salah satu orang tercerdas di dunia, penelitian pernah menunjukkan bahwa IQ pemain bola kebanyakan di atas rata-rata. Mereka memang genius, dalam waktu sepersekian detik, mereka tahu harus mengumpan kemana, bola harus di bawa ke arah mana agar bisa menembus sang penjaga gawang. Genius bukan?
Iya benar, memang sepakbola untuk dinikmati, tapi tak dapat dipungkiri bisa menjadi bagian hidup dari seseorang. Tidak..saya tidak membicarakan seorang pemain bola yang mendapat berlebihan uang dari profresinya itu, saya berbicara tentang para penggemar sepakbola yang sangat fanatik pada suatu klub, mungkin banyak penggemar bola yang seperti saya, saking fanatiknya kadang emosi kami terbawa. Kadang mempengaruhi mood dan perasaan kita seharian.

Coba kalau terlalu memakai perasaan, Tanya sekarang pada penggemar Inter Milan, apa yang dirasakannya saat melihat Ibra berkostum merah hitam?
Atau suatu hari, saat Kaka pindah ke INTER, Tanya padaku apa yang kurasakan, mungkin saya tidak menjawab, hanya berlalu sambil mendengus napas kesal…memaki dalam hati orang yang bertanya itu, membuat mood ku bakal jelek seharian.
Coba…kalau terlau pakai perasaan bakal begini jadinya..tapi saya tidak pernah menyalahkan orang yang sangat fanatik pada suatu klub atau Negara, karena saya adalah salah satunya juga.

Bagaimana kalau kita terus saja menikmati apa yang terjadi di lapangan hijau
menang kalah itu urusan belakangan
transfer pemain jangan dipikirkan dulu
pemecatan pelatih, biarlah jadi masalah para pemilik klub saja
JUST ENJOY THE SHOW GUYSSS
Bukakankah perasaan tegang saat tim kita diserang, saat tim kita kalah dan pekan depannya menang lagi , atau saat tim kita menjual seorang pemain termahalnya adalah sensasi hebat yang kita rasakan? Saat bertahun-tahun gagal dan akhirnya piala Champion ada di tangan sang kapten, pasti itu momen tak terlupakan bagi penggemar fanatik klub itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar