RSS

Nomaden Ala Dini

Ini cerita tentang hidupku yang akhir-akhir ini serasa sangat tidak menetap di suatu tempat, selalu saja berpindah-pindah, kalian tahu kan tentu saja bagi seorang cewek itu sangat repot dan ribet dengan soal pakaian dan segala perlengkapannya. Tapi begitulah resiko tak tinggal dengan orangtua dengan bejibun keluarga di kota besar ini.

Tempat Tinggal utamaku adalah Kost-an ku yang bisa dikatakan memiliki jarak dan waktu tempuh yang cenderung dekat dengan kampus. Disinilah saya bebas melakukan apapun, menulis di laptop hingga larut malam tentang Don Juanku (yang selalu Opi sebut dengan Jon Duan), kadang bisa menonton film hingga tiga sekaligus tanpa ada yang protes, dan membaca setumpuk buku tanpa ada yang khawatir tentang kerusakan mataku. Pokoknya benar-benar merdeka dalam artian anak muda. TAPI tentu saja ada kekurangannya, di Kost-an saatnya saya selalu kelaparan kekurangan makanan (tak ada kompor, bahkan Rice Cooker yang aku miliki), membeli makanan yang dengan cepat menyedot habis uang mingguanku.

Tempat kedua dimana saya menghabiskan waktu juga adalah Rumah Tanteku yang berjarak dekat dengan Kost-anku, disana ada sepupuku Nayla yang masih bayi yang lucunya minta ampun, bermain dengannya tak akan ada bosannya, soal makanan pun tak pernah kekurangan, TAPI sepupuku yang katanya Intel Polisi tapi kelakuan seperti anak TK kalau di rumah minta ampun usilnya, selalu saja memprovokasi tante dan om ku bahwa saya harus terus berada dalam pengawasan yang membuatku selalu kena Interogasi saat pulang hanya sedikit lewat dari Magrib, dan yang paling aku benci adalah dia adalah seorang Intersiti, kadang kami berdua kena lempar sesuatu dari tanteku karena bertengkar tentang Milan dan Inter yang menurut tanteku sangat tidak penting.

Tempat ketiga bisa dikatakan Istana adalah rumah Om ku yang berada hampir dekat dengan perbatasan Gowa. Aku selalu saja dipaksa menghabiskan akhir minggu disana bersama dua orang sepupuku yang satu SD dan yang satunya SMP tapi sok dewasanya minta ampun mengalahkan diriku. Disini separuh hidupku di awal kuliah aku habiskan. Hidup disini benar-benar serasa seorang ratu, saya akan dimarahi oleh tanteku jika coba membersihkan sesuatu atau melakukan sesuatu yang berat, membuka kulkas selalu ada kentang beku dan Ice Cream Magnum yang tersedia, mau makan apa saja tinggal sebut, ingin main Xbox atau PS 3 tinggal pilih. Atau mau sok jadi orang kaya dengan mencoba beberapa alat fitness jutaan rupiah. TAPI saya minta ampun dengan jarak dan transportasi ke kampus, belum lagi kalau HP berbunyi nenek ku akan memberi pertanyaaan 5W plus 1H, sangat tidak bebas bagai Burung dalam Sangkar Emas (Agak Lebay Nih)
Beberapa alternatif tempat lain yang wajib saya datangi dan menginap adalah sebagai berikut : rumah Orang tua kandung ayahku nun jauh di Minasaupa yang sangat berpegang teguh dengan Agama dan masih taat dengan peraturan yang sangat tradisional, kadang membuatku tidak nyaman hanya dengan memakai headset dan mengangkat kaki di sofa, rumah seorang adik kandung Ayah di jalan Tarakan, rumah Kerabat Ayah di jalan Dipenogoro (samping Rumah Hamka Hamzah).

Jadi jelas betapa nomaden nya hidupku, apalagi di zaman liburan seperti ini. Tak ada alasan untuk menolak ajakan bermalam di salah satu tempat di atas.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar