Hari itu cerah cenderung panas, tapi tak ada keluhan di wajahnya, ia menjalani hari seperti biasanya, kuliah walaupun menurutnya sedikit membosankan, hanya itu, tak ada yang istimewa. Tapi sedetik kemudian semuanya berubah disaat hpnya berbunyi dan ia membaca rangkaian huruf yang tertera di dalamnya
“Maaf, aku beritahu semuanya ke dia. Kau tak bisa selamanya lari, kau harus jujur padanya. Setidaknya kau pergi dengan menyelesaikan masalahmu, tapi tadi ia hanya diam dan tersenyum, tak sempat lagi aku bicara karena dosenku sudah datang”
Sms itu dari Melly, Seorang teman yang jauh. Sebenarnya bukan temannya, tapi ia yang jauh dari segalanya, dari rumahnya, dari orangtuanya, dari sahabat-sahabatnya bahkan dari orang yang dicintainya. Ia tahu itulah hal bodoh yang pernah ia lakukan, mengambil keputusan karena emosi belaka, tanpa pikir panjang memutuskan kuliah di tempat yang jauh, hanya dengan alasan yang tak rasional.. cowok itu, yang juga sahabatnya bertahun-bertahun, yang juga orang yang selalu ada kalau dirinya sedang sedih dan senang, yang juga bisa menjadi musuh saat mereka berbeda pendapat, dan juga adalah orang yang paling dicintainya, ya,,, betul cowok itu.
Ia masih ingat hari itu, saat beberapa hari setelah kelulusan SMA, di saat semua orang sibuk merencanakan masa depan mereka, ia tak pusing, ia sudah saling berjanji dengan cowok itu, sahabatnya, agar mereka kuliah di tempat yang sama karena mereka mempunyai cita-cita dan impian yang sama yang ingin mereka wujudkan.
“hei,,,” seorang gadis cantik memanggilnya, Tasya namanya, seorang teman sekelasnya. Ia hanya membalas dengan senyum, pasti ingin memberi selamat lagi karena dirinya adalah lulusan terbaik dengan nilai tertinggi di sekolahnya.
“kamu udah tahu kan,, aku udah jadian dengannya??? Wah parah kalo kamu gak tahu, dia kan sahabatmu”
Cewek itu masih bercerita dengan penuh semangat tentang hubungannya dengan cowok itu, tentang bagaimana romantisnya cowok itu saat mereka jadian, tapi ia membeku di tempat, tak ada lagi yang ingin didengarnya, ia hanya tahu hari itu adalah hari terburuk dalam hidupnya, beginikah rasanya patah hati???
Tak pernah ia bertemu lagi dengan cowok itu, bahkan hanya untuk berpamitan karena tiba-tiba ia mengambil keputusan kuliah di tempat yang jauh, ia tak peduli bahwa cowok itu terus berusaha menghubunginya, ia tak peduli semua teman-temannya mencarinya, ia bahkan tak peduli saat orangtuanya menanyakan tentang keputusannya. Ia hanya ingin lari dari kenyataan.
Dan disinilah sekarang ia berdiri, di koridor kampus yang sedikit ramai, di tengah-tengah orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing, sambil memegang hpnya tanpa bisa berkata apa-apa, ia berusaha membaca sms itu sekali lagi, mecoba berkhayal kalau ini hanya mimpi,, dan mencoba berdoa jangan sampai cowok itu tahu tentang perasaannya sebetulnya yang ia sembunyikan selama ini, bertahun-tahun lamanya, di balik persahabatan mereka.
Semenit kemudian hpnya berbunyi,,,
Nama itu tertera di layar,,, nama yang sudah dua tahun tak pernah menghubunginya
Dengan tangan gemetar ia mengangkat telepon itu,,,,
“halo,, apa kabar???” ia ingin menangis mendengar suara itu, masih seperti yang dulu serak dan berat
“halo” hanya itu yang bisa ia katakan
“aku dapat nomor ini dari Melly”
ia tak merespon perkataan cowok itu, suaranya seperti tersendat di tenggorokan.
“dua tahun” ucap cowok itu mendesah
“dua tahun kenapa?”
“ setelah dua tahun aku baru tahu kau kuliah di Universitas negeri terbaik di Indonesia, ironis ya,,,padahal aku dulu orang terdekatmu, tapi sekarang aku tak tahu apa-apa tentangmu, oh ya aku di terima di kampus ini, dimana dulu kita berjanji akan kuliah bersama”
Ia terdiam mencerna perkataan cowok itu seperti ada beban berat di dadanya saat ini. Tak mendapat respon apa-apa cowok itu melanjutkan perkataannya.
“Melly sudah beritahu semuanya,,,dan jujur aku baru tahu itu sekarang, dengar ya,,,andaikan aku tahu persaanmu dari dulu, dari semenjak pertama kali kita duduk sebangku waktu kelas 1 SMA,,semuanya tidak bakal begini,,,
“maksudmu???” akhirnya ia merespon cowok itu, walaupun hanya satu kata.
“aku juga cinta kamu, tapi tak pernah berani merusak persahabatan kita, aku takut jika aku jujur semua keakraban kita bakal hilang”
“tapi mengapa sekarang baru kamu katakan, mengapa setelah Melly beritahu semuanya,, seandainya Melly tidak beritahu, kamu tidak akan menghubungiku kan???”
“dari dulu aku ingin menghubungimu, tapi rasa maluku lebih tinggi, aku punya firasat memang kau tak ingin dihubungi, itu kan alasanmu dulu tiba-tiba menghilang”
“Iya memang, ah sudahlah itu juga sudah bertahun-tahun lalu” ia hanya mendesah sambil melirik jam tangan, apakah kuliah selanjutnya sudah dimulai
“aku cinta kamu” ucap cowok itu dari seberang telepon dengan tiba-tiba
“aku juga”
“jadi sekarang bagaimana?”
Sejenak ia berpikir dengan pertanyaan itu,
“ya begini, aku sudah menikmati duniaku disini,banyak pengalaman baru aku temui yang tak bakal aku dapat jika aku masih tetap di kota kecil kita”
“hubungan kita?”
“sudahlah, sangat terlambat,, aku menunggu kata-kata itu 4 tahun lalu, tapi tak pernah kau katakan, kau malah memilih pacaran dengan cewek lain”
“hhmm ya sudahlah memang semua salahku, aku memang pengecut tak berani mengungkapkan perasaanku, aku malah menjalin hubungan dengan Tasya, itu juga karena aku kasihan cewek secantik Tasya terus memohon padaku untuk menjadikan aku pacarnya. Dan kalau SMA aku adalah seorang pengecut, sekarang aku adalah cowok paling brengsek di kampus, terus saja gonta-ganti pacar hanya untuk mencari sosokmu di salah satu dari mereka, hanya mencari seorang cewek ceria, cuek, dan manis sepertimu, mencari seorang cewek galak yang bibirnya manyun lima senti jika ngambek padaku tapi tak pernah kutemukan sampai sekarang, ternyata kau adalah kau, tak ada yang bisa menggantikannya..
Ia cukup terkejut dengan pernyataan cowok itu, kalau ini bukan koridor kampus yang ramai ingin rasanya Ia menangis,,empat tahun ia dalam kebingungan, dan sekarang ia baru tahu yang sebenarnya,, cowok yang begitu dicintainya ternyata punya cinta yang juga sangat besar padanya. Tapi seperti yang ia katakan tadi, ini sudah sangat terlambat, sangat terlambat.!!!
“Aku ada satu permintaan” cowok itu melanjutkan
“Apa itu?” Ia berdoa mudah-mudahan diseberang telepon cowok itu tak mendengar suaranya yang mulai gemetaran karena menahan tangis.
“Kau janji jangan menghilang lagi, sering-seringlah kirim kabar, dan kita tetap sahabat kan?”
“iya,,,kau tetap sahabatku, dulu, sekarang dan selamanya”
ia mengakhiri pembicaraan, ada perasaan aneh dalam dirinya, ia sedih, tapi juga sangat senang. Setidaknya ia lega. Hari ini semuanya cukup jelas dan ia tak akan lagi kehilangan sahabat terbaiknya. Ia berjalan, bukan jalan penuh kejenuhan karena menganggap kuliah akan membosankan, tapi jalan penuh semangat, menegakkan kepalanya dan tersenyum manis. Hpnya kembali berbunyi, sms dari seseorang. Ia kembali berjalan menuju kelasnya, walaupun dadanya masih sesak, tapi ia berusaha berpikir positif, inilah takdirnya, tak ada yang bisa mengubah perasaan cintanya ke cowok itu, tapi jelas ia bisa mengubah jalan hidupnya, memilih Fariel, cowok yang setahun lebih menjadi kekasihnya, cowok yang selalu berusaha melindunginya, cowok yang sekarang gelisah menantinya di kelas.